Senin, 20 Agustus 2012

Pak Joko Guru Tercintaku

Pernahkah kalian jatuh cinta pada guru kalian sendiri? Pasti pernah! Ayo, ngaku saja, tak perlu malu-malu:) Saya sendiri pernah. Cerita ini terjadi ketika pada tahun terakhir SMU-ku. Pada waktu itu, ada seorang kepala sekolah baru yang merangkap sebagai guru. Dan kebetulan sekali, kelasku merupakan salah-satu dari sedikit kelas yang dipegangnya. Namanya Joko, tanpa embel-embel nama belakang. Dia memang orang Jawa asli dan logat Jawa-nya kental sekali. Pasti kalian membayangkan seorang pria jelek berkumis. Salah besar!:) Pak Joko itu tampan sekali, sama sekali tak terlihat kampungan/udik. Dan tubuhnya pun kekar bak model
sampul Men's Health. Umurnya masih terbilang muda, sekitar tigapuluhan. Dia memang tidak memelihara kumis, tapi di sekitar dagunya terdapat brewok tipis. Brewok tipis itu membuatnya terlihat seksi sekali! Menurut kabar burung (burungnya siapa hayo?), Pak Joko itu masih single, alias belum married.

Tiap kali dia mengajar di kelasku, saya tak pernah capek memandangnya. Aura keseksiannya begitu menggoda. Yang kusuka darinya adalah kebiasaannya yang tak pernah memakai kaus dalam atau singlet. Kemeja yang sering dipakainya pun berbahan tipis sehingga saya dapat hampir melihat tubuhnya. Sering kali, kedua putingnya yang menegang tercetak jelas di balik kemejanya itu. Tanpa malu, kedua puting itu menunjukkan diri mereka. Lekuk-lekuk dadanya yang berotot pun ikut tercetak. Beruntung bagiku karena saya duduk di meja terdepan:) Saya merasa telah jatuh cinta pada Pak Joko. Saya ingin sekali memadu kasih denganya, biarpun hanya sekali saja.

Lalu sebuah ide gila menyusup masuk ke dalam otakku yang mesum.
Saya mengambil secarik kertas dan mulai menulis sebuah surat cinta tanpa nama. Kupikir, itulah satu-satunya cara agar si ganteng Pak Joko menyadari bahwa dia mempunyai seorang penggemar rahasia. Suratku berbunyi:

Untuk guruku tercinta, Pak Joko.

Saya adalah salah satu muridmu yang jatuh cinta padamu. Tapi saya laki-laki. Biarpun begitu, saya naksir Bapak. Tubuh Bapak begitu menggodaku, sampai-sampai saya tak bisa konsentrasi belajar, terutama dada dan puting Bapak. Saya ingin meraba-rabanya, meremas-remasnya, menjilatinya. Saya ingin menyenangkan Bapak. Saya bahkan bersedia memberikan pantatku yang masih eprjaka demi kepuasan seksual Bapak. Saya akan membawa Bapak ke langit ketujuh, asalkan Bapak sudi mencintaiku. Hanya Bapak yang dapat kupikirkan siang-malam. Saya ingin bersamamu, Pak, meksipun hanya semalam saja.

Ciuman mesra, Penggemar rahasiamu.

Tak sulit untuk menyelipkan surat itu ke dalam tumpukan bukunya sebab saya sering ditugasinya untuk membantunya membawakan buku-bukunya ke kantornya. Sambil berpura-pura membereskan, tanganku menyelipkan surat itu. Saya tak tahu apakah dia akan menemukan surat itu atau tidak.
Tapi paling tidak, saya telah berusaha.

Selama berhari-hari, tak ada yang terjadi. Sikap Pak Joko pun biasa-biasa. Sampai pada suatu hari, tiba-tiba dia memanggilku untuk menghadapnya. Saya sungguh tak tahu dalam rangka apa dia ingin bertemu denganku. Begitu melihatku masuk, Pak Joko-ku yang tampan itu mempersilahkanku untuk duduk. Ruangan itu memang terletak berdekatan dengan ruang guru, tapi berhubung saya dipanggil di tengah jam pelajaran. Ruangan guru itu kosong sama sekali. Jadi saya dapat sedikit bersantai, tanpa harus khawatir ada guru-guru ynag hobi menguping.

"Endy, bisa kamu jelaskan ini?" tanyanya dengan suaranya yang berwibawa.

Dia menyodorkan secarik kertas yang nampak sangat familiar. Penasaran, saya memngambilnya dan.. Astaga! Itu surat cintaku unntuk Pak Joko!

"Surat itu kamu yang menulisnya 'kan?" tanyanya.
"Bapak mengenal betul tulisan tanganmu. Jadi kamu tak perlu berbohong."

Sekujur tubuhku gemetaran. 'Astaga, apa yang telah kuperbuat? Kenapa harus memakai tulisan tanganku? Kenapa tak pakai mesin tik saja?' pikirku, keringat dingin menuruni wajahku. Tapi saya tahu bahwa tak ada gunanya untuk berbohong. Maka, dengan wajah tertunduk, saya mengakui semuanya.

"Benar, pak. Surat itu saya yang menulisnya. Saya.. Saya jatuh cinta padamu.. Saya tahu saya salah. Jadi saya hanya dapat pasrah. Saya siapjika Bapak ingin mengelaurkanku daris ekolah ini," kataku lemas.

Pak Joko bangkit dan memutari tempat dudukku. Kurasakan kedua tangannya yang kokoh itu mendarat di atas kedua bahuku.

"Siapa yang bilang kalau Bapak akan mengeluarkanmu? Bapak harus akui, Bapak suka sekali dengan suratmu itu. Meski singkat, suratmu begitu erotis. Bapak sampai ngaceng membacanya."

Tentu saja saya terkejut mendengarnya. Kubalikkan badanku dan kulihat Pak Joko sedang tersenyum ramah padaku. Kedua tangannya mulai menjalar turun dari bahuku menuju dadaku. Saya tak melawan ataupun menahannya. Saya ingin hal itu terjadi! Sentuhannya begitu menggoda, saya mendesah-desah saat kedua tangannya sibuk meraba-raba dadaku.

".. Hhohh.. Ooohh.. Pak.. Enak sekali Pak.. Aahh.." Terlena, saya memeluk tangannya dan mulai menciumnya.

Tiba-tiba Pak Joko menyuruhku berdiri. Begitu saya berdiri, Pak Joko segera melucuti seragamku. Tak ada yang tersisa di tubuhku; semua pakaianku lepas. Semenit kemudian, saya telah berdiri di hadapannya telanjang bulat. Pak Joko pun, dengan bernafsu, menelanjangi dirinya sendiri. Dan untuk pertama kalinya, saya dapat melihat tubuhnya tanpa halangan. Benar-benar seperti yang kubayangkan dalam fantasi mesumku. Tubuh Pak Joko sangat sempurna! Tubuhnya sangat proposional dan ototnya pun cukup (tak terlalu bengkak seperti Hulk). Dadanya bidang sekali, ditumbuhi bulu-bulu halus. Darahku berdesir melhat bulu dadanya. Ooohh.. Jantan sekali. Di antara dadanya yang berbulu itu, sepasang puting kecoklat-coklatan menyembul keluar. Bulu-bulu itu tumbuh hampir di sekujur tubuhnya, menuruni perutnya yang kotak-kotak dan berakhir di semak-semak sekitar tempat kontolnya berada. Kontol Pak Joko lumayan besar, menggantung di sana, masih tertidur.

Bagai terhipnotis, saya menjatuhkan diriku di bawah kakinya dan langsung mengulum kontolnya. Saya melakukannya dengan spontan, tahu bahwa Pak Joko juga mengharapkannya. Untuk beberapa saat, saya merasa seperti pelacur pria rendahan, haus akan kontol, tapi saya tak dapat mengingkarinya. Saya memang membutuhkan dan memuja kontol. Kontol adalah lambang kekuatan sejati pria, dan juga organ yang paling seksi. Pak Joko hanya dapat mendesah-desah keenakkan, tubuhnya menggeliat-geliat, menahan rasa nikmat yang dirasakan kontolnya. Sambil menyodokkan kontolnya ke dalam mulutku, Pak Joko memegangi kepalaku. Rambutku diremas-remas, menunjukkan padaku betapa dia sangat menikmati sedotanku. Bosan dengan rambutku, kedua tangannya menjalari punggungku dan mencakarinya. Tentu saja kuku-kukunya pendek semua. Lelaki macho sejati tidak memanjangkan kukunya seperti perempuan. Cakaran Pak Joko terasa tumpul, namun sanggup memompa semangatku agar saya menghisap kontolnya lebih keras.

".. Hhhoohh.. Ooohh.. Jilat kontol Bapak.. Aaahh.. Buat Bapak ngecret.. Hhhoohh.." erang Pak Joko.

Dan saya pun semakin bersemangat menyedot seluruh isi kontol Pak Joko yang amat kucintai itu. Sesekali kuremas-remas biji pelernya berharap pejuhnya akan lebih mudah muncrat keluar. Saya sudah sering meminum pejuhku sendiri. Biasanya saya mengocok kontolku dan ngecret di telapak tanganku, lalu pejuhku kujilati habis. Saya tidak pernah meminum pejuh orang lain. Pejuh Pak Joko akan menajdi pejuh pertama dari orang lain yang kucicipi.

".. Hhhoohh.. Uuuhh.. Aaahh.. Hhoosshh.."

Tiba-tiba kontol Pak Joko membesar di dalam mulutku. Nampaknya kepala kontolnya menggembung, bersiap-siap untuk menembakkan pejuh. Pak Joko mendorong kontolnya ke dalam mulutku keras-keras dan kontol itu pun meledak.
CCRROOTT!! CCROOT!! CCRROOT!!
Tubuh Pak Joko yang telanjang itu menggeliat-gelait dan mengejang-ngejang. Setiap kali tubuhnya mengejang, dia akan mengerang,

"UUGGH!! AAHH!! UUHH!!"

Napasnya memburu-buru, otot perutnya ebrkontraksi, dan keringat mulai membasahi sekujur tubuhnya.

"AAHH.. UUHH.. HHOOHH.." desahnya saat tetes terakhir pejuhnya meluncur turun ke kerongkonganku. CCROOTT!!
Dengan rakus, kutelan semuanya. Aaahh.. Enaknya. Manis dan agak asin. Saya amat menyukai rasa pejuhnya.

Tubuh Pak Joko yang berotot itu pun lemas seketika. Dengan lembut, dia memeluk tubuhku dan membimbingku untuk berbaring di atas meja kerjanya. Sebelumnya, dengan tangannya yang kekar, dia menjatuhkan seluruh barang yang berada di mejanya. Kini mejanya bersih dan dapat kutiduri. Saya sadr apa yang dinginkan Pak Joko, dan saya akan memberikannya dengan senang hati! Apapun untuknya, asalkan dia senang.

"Hhoohh.. Bapak cinta kamu. Bapak ingin mmemasukan kontol Bapak ke dalam tubuhmu. Kamu mau 'kan?" Tentu saja saya menyetujuinya.

Dengan sensual, Pak Joko merentangkan kakiku selebar-lebarnya. Lubang pantatku yang ketat berkedut-kedut di hadapannya. Selama beberapa saat, Pak Joko hanya memain-mainkan ontolnya di pintu gerbang anusku. Saya mengerang-ngerang penuh nafsu, emohonnya untuyk segera menusukku. Tapi Pak Joko tak menghiraukanku. Dia menunggu sampai lubangku cukup licin dengan precumnya. Dan kemudian, setelah puas melumasi lubang pelepasanku, Pak Joko kemudian menancapkan kontolnya, jauh ke dalam tubuhku.

"AARRGGHH!!" erangku, kesakitan.

Untung saja ruangannya kedap suara sehingga takkan ada yang dapat mendengar erangan mesum kami.

".. Hhohh.. Hhhohh.. Sakit sekali.. Hhohh.. Pak.. Hhohh.." keluhku.
"Sabar ya. Biarkan Bapak ngentotin kamu. Bapak janji, kamu akan merasa puas, oke?" Pak Joko berusaha meyakinkanku.

Bagaimana saya dapat menolaknya? Pak Joko pun mulai menggenjot pantatku. AARRGGHH!! Perih sekali. Lubangku terasa penuh sekali dan bibir anusku serasa sobek. Kemudian Pak Joko menusukkan kontolnya masuk. AARGGH!! Sakit tapi nikmat. Cintaku yang begitu besar pada Pak Joko mmbuatku bertahan dalam kesakitan itu. Saya lega Pak Joko senang dengan tubuhku. Saya ingin dia memakai tubuhku terus-menerus dan membuang pejuhnya dalam tubuhku karena saya diciptakan hanya untuk melayaninya.

"Hhhooh.. Hhhoohh.. Ketat.. Hhhoosshh.. Sempit.. Aaahh.. Bapak suka pantatmu.. Hhhohh.." komentar Pak Joko di sela-sela napsnya.

Sambil mengentotku, Pak Joko membungkukkan tubuhnya dan mulai menciumiku dengan penuh nafsu. Tubuh kami menyatu dalam ciuman itu, dan juga dalam persetubuhan kami. Kami disatukan oleh cinta dan nafsu birahi kami.

"Hhhooh.. Bapak suka kamu.. Ooohh.. Hhhoohh.. FUCK! Bapak akan ngentotin kamu.. Ooohh.. Sampai kita puas.. Hhhohh.. Aaahh.."

Kini rasa nikmat mulai menghampiriku. Ternyata cerita-cerita homoseksual yang kubaca di berbagai situ-situs porno benar apa adanya, bahwa dingentotin kontol itu enak. Buktinya badanku mulai menggelepar-gelepar seperti ikan kehabisan air. Nikmat sekali ukuran kontol Pak Joko, apalagi dia mengentotinku dengan penuh nafsu dan cinta.

"Hhhoohh.. Pak Joko.. Hhhohhshh.. Terus Pak.. Hhohh.. Negntotin saay.. Aaahh.. Ayo Pak.. Lebih keras.. Hhhoohh.. Bapak.. Uuuhh.." erangku, tubuhku terguncang-guncang. Bahkan meja yang kami pakai untuk ngentot ikutan berderak-derak. Saya agak khawatir jika meja itu akan rubuh. Tapi Pak Joko tak menghiraukannya. Dia tetap asyik menghajar pantatku dengan kontol supernya.

"AARRGGHH!!" erangku.

Seks kami menjadi semakin panas dan bergairah. Pak Joko memutuskan untuk memakai tubuhku sebagai latihan bebannya. Dengan berpegangan pada pinggulku, dia mengangkatku. Takut jatuh, saya segera melingkarkan kedua lenganku pada lehernya yang kokoh Tak lupa, kedua kakiku kupakai untuk memeluk pinggangnya. Dengan susah payah, Pak Joko membawa tubuhku ke tembok di depannya. Kontolnya masih tetap tertancap dlam pantatku, masih tetap menyodomiku. Saya hanya dapat terengah-engah saja. Rasa sakit dan nikmat yang diberikan kontolnya menjadi berlipat ganda. Sesampainya kami di tembok itu, Pak Joko mendorong tubuhku ke tembok dan mulai mengentotinku dengan liar.

"Hoohh.. Hhhoohh.. Bapak akan ngentotin kamu.. Hhhoohh.. Sampai kamu ngecret.. Aaahh.. Kontol Bapak butuh pelepasan.. Aaahh.. Hhhoohh.." Pak Joko sungguh-sungguh jantan!

Karena tak kuasa menahan rasa nikmat yang mendera tubuh dan kontolnya, Pak Joko menggigit leherku. Terpengaruh, saya pun balas menggigitnya. Kami saling menggigit dan meneteskan air liur ke tubuh kami. Seks kami sangat liar dan bergairah! Kami seperti sepasang hewan buas yang sedang ngeseks sejenis!

Tiba-tiba kontol Pak Joko mulai mengembang dan berkedut-kedut. Kemudian..

CCRROOTT!! CCRROTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!!
Dengan tak terkendali, kontol sang guru itu pun menembakkan kontolnya secara bertubi-tubi. Bagian dalam tubuhku disemprotnya dnegan pejuh bergalon-galon. Dan pejuh itu bukan sembarang pejuh. Tetapi PEJUH Pak Joko!

"AARRGGHH..!!" erangnya, tubuhnya kelojotan.
"AARRGGH!! UUGGHH!! OOHH!! AAHH!! HHOOHH!!"
dengan susah payah, dia berusaha menjaga agar tubuhku tak terlepas dan jatuh.

Selama seks itu, kontol ngacengku yang terus-menerus mengeluarkan precum terperangkap antara perut kami berdua. Perut Pak Joko yang terasa seperti papan cuci menggosok-gosok kontolku dengan kasar, tiap kali dia bergerak untuk mengetotinku. Alhasil, kontolku mendapat servis coli yang paling top darinya. Ketika tubuh Pak Joko mengejang-ngejang karena orgasme, kontolku terpengaruh dan mulai menyemburkan sperma.

"AARRGGHH!!" teriakku.

CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! Pejuhku menyembur membanjiri perutku dan mneggenangi pusarku. Karena tubuh kami berdua terguncang orgasm, genangan pejuhku jatuh menetes ke atas lantai. Kaki telanjang Pak Joko tanpa sengaja menginjak-nginjak genangan itu sehingga membuat lantai kantornya menjadi semakin kotor.

"UUGGHH!! AARRGGHH!! OOHH!! AAHH!! HHOOSSHH!! UUHH!!" erangku sampai orgasme meninggalkan diriku. Kami saling berciuman mesra ketika semuanya usai.

Dengan hati-hati, Pak Joko menurunkan tubuhku. Tersengal-sengal kupandangi wajahnya. Meskipun mukanya terlihat capek, dia masih saja tampan. Kontolnya muali menciut dengan pejuh yang masih menggantung di kepala kontolnya. Ketika saya akan buru-buru masuk ke kelas, Pak Joko menahanku. Dia berkata,

"Bapak 'kan juga merangkap sebagai kepala sekolah di sini. Akan Bapak katakan pada wali kelasmu bahwa Bapak membutuhkan bantuanmu. Kita berdua akan menghabiskan waktu berduaan saja di rumah Bapak."

Saya tersenyum dan kembali kucium wajahnya yang tampan itu. Sambil mencium, saya mengambil kesempatan untuk meremas-remas dadanya yang sekeras batu itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar