Awal Agustus 2005 Aku terima telpon dari
seseorang dengan kode wilayah daerah Jawa Tengah, menanyakan tempat tinggal dan
tentu saja ukuran “burung” ku, mau bertemu dengan ku, dia pikir aku tinggal di
daerah Jawa Tengah. Setelah aku jelaskan bahwa aku tinggal di daerah Kemayoran,
Jakarta Pusat. Dia kegirangan, katanya dia pun bertugas di Jakarta dan tinggal
di Cijantung. Datang ke Jawa, untuk menengok orang tua nya, yang merupakan lurah
di salah satu daerah Jawa tengah. Setelah saling memperkenal kan nama dan
berjanji akan menelpon begitu dia tiba di Jakarta, kami pun tutup telpon.
Sabtu, Minggu ketiga Agustus 2005 Aku terima telpon dari seseorang yang bernama Mas Eko dan berjanji menjemputku di Terminal Rambutan, Jakarta Timur. Aku pun teringat … Mas Eko, yang berasal dari Jawa, berumur 29 tahun. Kurang lebih satu jam setengah, bus mayasari bakti yang aku tumpangi masuk ke Terminal Rambutan. Sesuai dengan janji, aku tunggu di depan gedung TNI, jalan bus kota keluar dari teminal. Kurang lebih tiga puluh menit menunggu, tidak ada seorang pun datang, aku pun bergegas pergi, aku pikir Mas eko tidak jadi datang, ada perasaan marah. Aku pikir, ada baiknya aku sekalian ke kampus ku, yang ada di daerah Cimanggis. Tiba-tiba, seorang anggota yang berseragam polisi provost yang dari tadi duduk di motor, mendekat. Aku terkejut, apa lagi saat ia menanyakan namaku. Aku ia kan, dan ia langsung memperkenal kan namanya, dia lah Mas Eko yang aku tunggu. Mas Eko berkali-kali minta maaf karena terlupa bawa Hp. Aku pun tanya, kok bisa tahu aku yang dia tunggu. Mas Eko tersenyum, ada perasaan katanya. Mungkin inilah perasaan sama seorang gay bila bertemu dengan gay lain walaupun belum saling kenal. Boleh tahan, kulitnya agak bersih, teringat kembali … dia memang mungkin anak seorang lurah. Aku termenung, rupanya dia seorang anggota polisi provost dan teringat … pantaslah sewaktu pertama menelpon, dia mau bertemu, mau melihat dan mengisap kontol ku tapi juga ngotot mau coba lubang pantat ku, satu permintaan yang tentu saja aku tolak. Setelah lama berdebat di telepon, kami ambil jalan tengah, saat ketemu nanti, kalau memang cocok, kita boleh cek-in di hotel (dia masih tinggal di asrama, Cijantung) dan memeriksa kontol masing-masing. Yang punya kontol lebih kecil harus siap di obok-obok pantat nya tanpa protes. Dia menyentuhkan helm ke lengan ku, dan buat lamunan ku buyar. Aku pun senyum dan dengan suara berbisik, mengingatkan tentang “Yang punya kontol lebih kecil harus siap di obok-obok pantat nya tanpa protes”, Mas Eko mengangguk. Setelah agak lama berputar putar, akhir nya kami chek in di salah satu hotel daerah Jatinegara. Begitu masuk, tutup pintu dan berpelukan. Kami pun saling melepaskan celana masing-masing. Mas Eko dengan rakus mengisap kontol ku, begitu tegang penuh kami saling mendekatkan kontol dan memeriksa … ternyata, kontol Mas Eko hampir sama besar dengan ukuran kontol ku. Artinya tidak ada yang di tusuk lobang pantat nya. Padahal tadinya, aku yakin dapat menusuk lobang pantat Mas Eko, nyatanya tidak. Baru kali ini, aku ketemu dengan orang yang punya ukuran kontol sama dengan ku, ukuran lingkar luarnya 13,5 cm dengan panjang kurang lebih 16,5 cm.
Kami pun hanya dapat saling memegang dan mengisap kontol satu sama lain. Setelah memuncrat kan air mani, kami mandi sama. Saat itu lah perlahan-lahan Mas Eko cerita, dia anak bungsu dari beberapa bersaudara. Kedua abang nya adalah tantara. Sebenarnya dia pernah beberapa kali di obok-obok pantat nya oleh komandan pelatihnya dulu waktu masa pendidikan. Dan setahun terakhir ini, dia menjalin hubungan khusus dengan kawannya sendiri di asrama, Mas Eko selalu nya mengobok-obok lubang pantat kawan nya itu. Tapi sudah beberapa bulan lalu, kawan nya di tugas kan ke daerah Pidie, Aceh. Hingga kemudian dia menemukan nomor telepon ku (sampai hari ini, mas Eko tidak pernah mengatakan dengan jujur, siapa yang memberikan nomor telepon ku padanya). Setelah mandi, berbaring dan tiba-tiba mas Eko, duduk diatas perut ku, mengesek kan pantat nya ke kontol ku yang masih lemas. Dia berbisik, mau mencoba kontol ku yang menurut pengakuan nya juga, baru kali ini melihat ukuran kontol seperti punyaku. Aku boleh menusuknya tapi dengan perlahan. Aku ia kan, aku ambil KY jelly, dan menyapukan ke lubang nya. Memang, lubang Mas Eko sangat ketat. Setelah agak lama mencoba menusukkan kontol ku barulah kemudian semua tertelan oleh lubang Mas Eko, Aku obok-obok lubang Mas Eko yang dalam keadaan telentang, sementara tangan ku bergantian mengocok kontol dan memelintir tetek Mas Eko. Hingga kemudian Mas Eko memuncratkan sperma nya, aku pun tetap meneruskan tarik dorong kontol ku dalam lubang Mas Eko. Hingga kemudian aku memuncrat kan cairan kelaki-lakian ku ke dalam tubuh Mas eko.
Malam itu, kami puaskan diri “bermain” dan memuaskan nafsu masing-masing. Jam sembilan keesokan hari nya kami chek-out.
Hari ini, 22 September 2005. Aku lihat di TV, pasukan TNI sudah beberapa hari lalu di tarik dari Aceh. Tentu “kawan akrab” Mas Eko pun sudah kembali ke Jakarta. Untuk bertemu dengan Mas Eko, mungkin sudah tidak mungkin. Atau siapa tahu akan sama kisahnya, “antara aku, Mas Totok dan Aa’ ian” ?
Cerita ini, adalah diary bagi aku. Nama pelaku dan tempat peristiwa, sesuai dengan yang terjadi. Aku tulis dengan sepengetahuan mereka.
Sabtu, Minggu ketiga Agustus 2005 Aku terima telpon dari seseorang yang bernama Mas Eko dan berjanji menjemputku di Terminal Rambutan, Jakarta Timur. Aku pun teringat … Mas Eko, yang berasal dari Jawa, berumur 29 tahun. Kurang lebih satu jam setengah, bus mayasari bakti yang aku tumpangi masuk ke Terminal Rambutan. Sesuai dengan janji, aku tunggu di depan gedung TNI, jalan bus kota keluar dari teminal. Kurang lebih tiga puluh menit menunggu, tidak ada seorang pun datang, aku pun bergegas pergi, aku pikir Mas eko tidak jadi datang, ada perasaan marah. Aku pikir, ada baiknya aku sekalian ke kampus ku, yang ada di daerah Cimanggis. Tiba-tiba, seorang anggota yang berseragam polisi provost yang dari tadi duduk di motor, mendekat. Aku terkejut, apa lagi saat ia menanyakan namaku. Aku ia kan, dan ia langsung memperkenal kan namanya, dia lah Mas Eko yang aku tunggu. Mas Eko berkali-kali minta maaf karena terlupa bawa Hp. Aku pun tanya, kok bisa tahu aku yang dia tunggu. Mas Eko tersenyum, ada perasaan katanya. Mungkin inilah perasaan sama seorang gay bila bertemu dengan gay lain walaupun belum saling kenal. Boleh tahan, kulitnya agak bersih, teringat kembali … dia memang mungkin anak seorang lurah. Aku termenung, rupanya dia seorang anggota polisi provost dan teringat … pantaslah sewaktu pertama menelpon, dia mau bertemu, mau melihat dan mengisap kontol ku tapi juga ngotot mau coba lubang pantat ku, satu permintaan yang tentu saja aku tolak. Setelah lama berdebat di telepon, kami ambil jalan tengah, saat ketemu nanti, kalau memang cocok, kita boleh cek-in di hotel (dia masih tinggal di asrama, Cijantung) dan memeriksa kontol masing-masing. Yang punya kontol lebih kecil harus siap di obok-obok pantat nya tanpa protes. Dia menyentuhkan helm ke lengan ku, dan buat lamunan ku buyar. Aku pun senyum dan dengan suara berbisik, mengingatkan tentang “Yang punya kontol lebih kecil harus siap di obok-obok pantat nya tanpa protes”, Mas Eko mengangguk. Setelah agak lama berputar putar, akhir nya kami chek in di salah satu hotel daerah Jatinegara. Begitu masuk, tutup pintu dan berpelukan. Kami pun saling melepaskan celana masing-masing. Mas Eko dengan rakus mengisap kontol ku, begitu tegang penuh kami saling mendekatkan kontol dan memeriksa … ternyata, kontol Mas Eko hampir sama besar dengan ukuran kontol ku. Artinya tidak ada yang di tusuk lobang pantat nya. Padahal tadinya, aku yakin dapat menusuk lobang pantat Mas Eko, nyatanya tidak. Baru kali ini, aku ketemu dengan orang yang punya ukuran kontol sama dengan ku, ukuran lingkar luarnya 13,5 cm dengan panjang kurang lebih 16,5 cm.
Kami pun hanya dapat saling memegang dan mengisap kontol satu sama lain. Setelah memuncrat kan air mani, kami mandi sama. Saat itu lah perlahan-lahan Mas Eko cerita, dia anak bungsu dari beberapa bersaudara. Kedua abang nya adalah tantara. Sebenarnya dia pernah beberapa kali di obok-obok pantat nya oleh komandan pelatihnya dulu waktu masa pendidikan. Dan setahun terakhir ini, dia menjalin hubungan khusus dengan kawannya sendiri di asrama, Mas Eko selalu nya mengobok-obok lubang pantat kawan nya itu. Tapi sudah beberapa bulan lalu, kawan nya di tugas kan ke daerah Pidie, Aceh. Hingga kemudian dia menemukan nomor telepon ku (sampai hari ini, mas Eko tidak pernah mengatakan dengan jujur, siapa yang memberikan nomor telepon ku padanya). Setelah mandi, berbaring dan tiba-tiba mas Eko, duduk diatas perut ku, mengesek kan pantat nya ke kontol ku yang masih lemas. Dia berbisik, mau mencoba kontol ku yang menurut pengakuan nya juga, baru kali ini melihat ukuran kontol seperti punyaku. Aku boleh menusuknya tapi dengan perlahan. Aku ia kan, aku ambil KY jelly, dan menyapukan ke lubang nya. Memang, lubang Mas Eko sangat ketat. Setelah agak lama mencoba menusukkan kontol ku barulah kemudian semua tertelan oleh lubang Mas Eko, Aku obok-obok lubang Mas Eko yang dalam keadaan telentang, sementara tangan ku bergantian mengocok kontol dan memelintir tetek Mas Eko. Hingga kemudian Mas Eko memuncratkan sperma nya, aku pun tetap meneruskan tarik dorong kontol ku dalam lubang Mas Eko. Hingga kemudian aku memuncrat kan cairan kelaki-lakian ku ke dalam tubuh Mas eko.
Malam itu, kami puaskan diri “bermain” dan memuaskan nafsu masing-masing. Jam sembilan keesokan hari nya kami chek-out.
Hari ini, 22 September 2005. Aku lihat di TV, pasukan TNI sudah beberapa hari lalu di tarik dari Aceh. Tentu “kawan akrab” Mas Eko pun sudah kembali ke Jakarta. Untuk bertemu dengan Mas Eko, mungkin sudah tidak mungkin. Atau siapa tahu akan sama kisahnya, “antara aku, Mas Totok dan Aa’ ian” ?
Cerita ini, adalah diary bagi aku. Nama pelaku dan tempat peristiwa, sesuai dengan yang terjadi. Aku tulis dengan sepengetahuan mereka.